Pencarian

Krisis tak perlu terjadi jika terapkan ekonomi 'wahyu'

>> 09 February 2009

Sistem ekonomi kapitalisme telah menelan korban. Negara-negara yang memakai sistem itu terkena imbas krisis finansial global. Seperti di Indonesia, harga-harga komoditi menurun drastis, hingga mengakibatkan banyak petani yang rugi. Krisis, sebenarnya tidak akan terjadi jika negara menggunakan sistem ekonomi 'wahyu.'

(SurauNet): Hal itu disampaikan Suroso Imam Zadjuli, ketua program studi S-3 Ekonomi Islam Unair dalam seminar Islamic Economics Outlook 2009 di Aula Fadjar Notonegoro FE Unair pada Senin (26/1).

Menurut Suroso, sistem ekonomi 'wahyu' adalah sistem yang pelaksanaanya mengedepankan nilai-nialai Al-Quran dan Sunnah. Iman dan amal sebagai kuncinya.

"Jika hal itu dilakukan, maka krisis global tidak akan terjadi," katanya. Sebab, salah satu faktor terjadinya krisis karena para akuntan suka berbohong dalam mencatat keuangan.

Hal senada juga disampaikan Dr. H. Muhammad Arie Mooduto, Direktur LPPI Bidang Syariah. Dalam makalahnya, krisis global terjadi karena sistem kapitalisme yang telah berubah menjadi neo-liberalisme.

Menurut Arie, sistem kapitalisme hanya menyuruh menjadi �binatang� dan �iblis� ekonomi. Sebab, kapitalisme berdiri dan berpijak berdasarkan sistem sekuler.

Dalam sistem ekonomi 'wahyu,' unsur yang paling pokok adalah iman dan amal. Untuk mewujudkan hal itu, menurut Arie sebenarnya mudah. Sebab, pada dasarnya, sistem tersebut telah lama dilakukan oleh masyarakat Indonsesia meski masih dalam skala kecil.

Seperti transaksi jual beli, zakat, wasiat dan lain sebagainya. Untuk penerapanya sekarang tinggal melibatkan negara secara penuh.

Oleh karena itu, ketika krisis global terjadi, diskursus masalah ekonomi syariah marak dibicarakan.

Hal ini menandakan masyarakat Indonesia rindu ekonomi syariah. Menurut Arie ekonomi syariah, bertujuan pada kesuksesan (falah) tidak hanya pada materi namun juga ruhani.

Agar hal itu terwujud, dibutuhkan tiga pilar utama, yaitu keadilan (justice), keseimbangan (balance) atau harmonisasi dan kemaslahatan.

Agar hal itu terwujud, maka pelaku ekonomi (stakeholder) harus memiliki aqidah yang melahirkan keimanan dan akhlak mulia.

Meski ekonomi syariah terbukti mampu memberi solusi, namun masih memiliki banyak kendala. Diantaranya; minimnya SDM yang memiliki pemahaman ekonomi syariah dan aqidah yang kuat.

Selain itu, kurangnya perhatian masyarakat terhadap ekonomi syariah. Serta sedikitnya komitmen dari umara (pemimpin) dan ulama.

Di Jawa Timur (Jatim) saja, menurut Arie, masyarakat yang tahu tentang ekonomi syariah hanya 10 persen.

"Jika ekonomi syariah cepat membumi, maka perlu sosialisasi yang simultan," ungkapnya.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan Tinggalkan Komentar/Pendapat Anda...

  © Blogger template Webnolia by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP